Sabtu, 28 April 2012

Kanker Paru, Sulit Terdeteksi dan Cepat Menyebar



Headline

Penyakit kanker paru-paru seperti kanker lainnya, merupakan hasil dari suatu kelainan sel. Biasanya, tubuh mempertahankan sistem checks and balances pada pertumbuhan sel, sehingga sel membelah untuk menghasilkan sel-sel baru yang diperlukan.
Gangguan terhadap sistem keseimbangan pertumbuhan sel tidak terkendali dan akhirnya membentuk suatu massa yang dikenal sebagai tumor.

Tumor ganas atau yang sering dikenal dengan istilah kanker, di sisi lain tumbuh secara agresif dan menyerang jaringan-jaringan tubuh lain, sehingga sel-sel tumor masuk ke dalam aliran darah atau sistem limfatik dan kemudian ke bagian dalam tubuh. Proses penyebaran ini disebut metastasis.

Nah, jika dibiarkan pertumbuhan yang abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik yang dekat dengan paru maupun yang jauh misalnya tulang, hati, atau otak.

Dr Ari Fahrial Syam SpPD, Dokter spesialis penyakit dalam FKUI/RSCM menjelaskan penyakit dapat dideteksi sebelum ada keluhan. Dalam kasus kanker, misalnya, kalau sudah ada keluhan, misalnya, batuk berdarah, nyeri dada atau sesak nafas, besar kemungkinan kanker itu sudah dalam taraf lanjut.

"Di sinilah pentingnya seseorang melakukan medical check up. Karena dengan pemeriksaan berkala, seseorang akan mendekteksi penyakitnya secara dini," jelas Ari.

Ari menambahkan, kanker dalam tubuh tidak dengan tiba-tiba hadir dalam ukuran besar. Pertumbuhannya pasti melalui sebuah proses, dari kecil berkembang menjadi besar.

Seperti pada kasus Menkes, kanker itu belum terdeteksi dalam pemeriksaan kesehatan seleksi calon menteri Oktober 2009. Seiring dengan waktu, penyakit itu muncul hingga kemudian terdeteksi.

Sementara itu, dilansir dari Medicinenet, menurut Jay W Marks MD tumor paru yang berubah menjadi ganas disebut kanker saat mulai menyerang jaringan lain sel maupun organ tubuh, memungkinkan masuknya sel-sel tumor ke dalam aliran darah atau sistim limfatik dan kemudian ke situs lain dalam tubuh.

"Prosesnya disebut metastatis sejak awal terbentuk. Sehingga menjadi salah satu jenis kanker yang paling sulit diobati dan cepat menyebar ke bagian tubuh lain terutama kelenjar adrenal, hati, otak, dan tulang, " kata Marks.

Pengidap kanker, menurut sebuah penelitian paling banyak terjadi pada usia lanjut, di atas 65 tahun sebanyak 70%. Sementara, hanya 30% penderita kanker paru berusia di bawah 45 tahun.

Penyebab dan gejalanya

Rokok masih mendominasi penyebab utama kanker paru, baik untuk perokok aktif ataupun perokok pasif. Sedangkan penyebab lainnya kontaminasi udara sekitar oleh zat asbes, polusi udara oleh asap kendaraan ataupun pembakaran termasuk asap rokok.

Orang kerap mengaitkan penyakit ini dengan kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif. Namun, dokter Atul Gawande dari Brigham and Women’s Hospital, Boston, Amerika Serikat, dalam artikelnya di The New Yorker, 2 Agustus 2010 mengatakan, lebih dari 15% kanker paru menimpa pasien non-perokok.

Kanker paru memang sering tidak menunjukkan gejala apapun yang terlihat dari luar jika pertumbuhan sel belum parah. Sebanyak 25% dari penderita kanker paru-paru, diketahui gejalanya setelah mereka rutin melakukan sinar X di dada atau CT scan. Jika terbukti ada kanker paru maka akan tampak bulatan kecil seperti koin.

Jika kanker telah menyerang saraf, misalnya, dapat menimbulkan nyeri bahu yang bergerak di bagian luar lengan (disebut Pancoast sindrome) atau kelumpuhan pita suara menyebabkan suara serak.
Invasi kerongkongan dapat menyebabkan kesulitan menelan (disfagia). Jika napas terhambat, menyebabkan infeksi (abses, radang paru-paru) di daerah yang terhambat.

Sementara itu, gejala yang terkait dengan metastasis, kanker paru-paru yang telah menyebar ke tulang dapat memproduksi rasa sakit luar biasa di tulang.
Sedangkan kanker yang telah menyebar ke otak dapat menyebabkan sejumlah gejala neurologis seperti penglihatan kabur, sakit kepala, kejang, atau gejala stroke seperti kelemahan atau hilangnya sensasi di bagian tubuh.

Penderita kanker paru biasanya diobati dengan kemoterapi dan kombinasi beberapa obat yang fokus mengendalikan mutasi gen. Namun, pada pasien kanker tahap lanjut, tidak ada obat yang betul-betul efektif.

Penggunaan obat, menurut dr Gawande, hanya memperpanjang usia harapan hidup pasien.

Seperti kanker lainnya, mungkin akan ditentukan terapi pencabutan atau kanker atau paliatif (tindakan yang tidak dapat mengobati kanker tetapi dapat mengurangi rasa sakit dan penderitaan pasien.
Deteksi kanker secara dini sangat menguntungkan. Sebab, semakin cepat kanker ditemukan dan diterapi, semakin besar peluang kesembuhannya.

Sebaliknya, jika deteksi kanker dilakukan setelah ada keluhan, sangat mungkin kanker itu sudah berkembang ke stadium lanjut. Pada kondisi ini, selain lebih sulit dilakukan upaya pengobatan juga menjadi jauh lebih mahal

0 komentar:

Posting Komentar